Jika dibandingkan saat saya menjadi peserta didik di zaman dahulu dan peserta didik sekarang, hal - hal yang berbeda menurut saya adalah bahwa pendidikan dulu walaupun lebih terbatas perangkat ajar, media dan sarana belajarnya tetapi peserta didiknya lebih semangat belajar, mencari ilmu dan belajar karakter terutama tanggungjawab, disiplin, bakti & integrasi, mementingkan nilai sosial dan kebersamaan, serta memiliki rasa hormat yang sangat tinggi pada gurunya. Sementara peserta didik sekarang belajar lebih karena tuntutan orangtua dan zaman untuk pencapaian nilai dan prestasi semata sebagai tolak ukur keberhasilan.
Peserta didik dulu sangat patuh dan menuruti kata gurunya tetapi peserta didik sekarang terlihat menyepelekan gurunya dan menilai nilai harkat hidup manusia dari segi materi karena kemudahan informasi dan teknologi yang terus berkembang pesat saat ini.
Peserta didik dahulu masih sering bermain dan belajar bersama teman-temannya serta saling membantu karena dukungan kondisi alam di masa dulu yang juga masih banyak yang bersifat terbuka dan memiliki banyak lapangan luas, sedangkan peserta didik sekarang lebih senang menyendiri, tidak suka bersosialisasi (sangat menjunjung privasi) dan terkesan lebih egois dan saling bersaing (kondisi lebih sering berada dalam ruangan tertutup).
Walaupun semangat belajar peserta didik dahulu lebih tinggi, tetapi sumber informasi dan akses belajar pada saat itu masih sangat terbatas, peserta didik dulu hanya mendapatkan sumber referensi dari buku dan surat kabar cetak yang kemudian berkembang ke majalah, televisi hingga di masa sekarang yang sarat dengan kemajuan tehnologi, sumber ilmu dan informasi sangat mudah diakses dari mana saja sehingga peran guru mulai tergeser. Kini, guru tidak lagi sekedar menjadi pengajar (sumber orientasi peserta didik untuk belajar), melainkan lebih mengarah sebagai fasilitator untuk memotivasi peserta didik untuk mencari dan memahami sumber informasi secara mandiri dan bermakna.
Seiring dengan perubahan yang terjadi, perubahan dari masa ke masa juga mewarnai perubahan sistem kurikulum di negara Indonesia mulai dari yang saya alami sendiri dulu Kurikulum CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) , lalu KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang mulai bercorakkan diferensiasi hingga K-13 sampai dengan Kurikulum Merdeka saat ini yang mau tidak mau memang sangat perlu diadaptasi dalam menghadapi perubahan yang terus terjadi.
5
“Prinsip Pembelajaran” sebenarnya sudah menjadi alasan kuat mengapa Kurikulum
yang diterapkan perlu berubah dan terdiversifikasi, yaitu :
1.
Mempertimbangkan
tahapan dan capaian peserta didik
Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan
dan tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai dengan kebutuhan belajar,
serta mencerminkan karakteristik dan perkembangan peserta didik yang beragam
sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan.
Pendidik dapat mencari tahu seperti apa kesiapan belajar peserta
didiknya lewat hal-hal ringan. Misalnya seperti angket, survei, tanya-jawab,
diskusi kelompok, dan sebagainya. Selain itu, pada pembelajaran juga bisa
dirancang dengan cara yang menyenangkan agar peserta didik tidak merasa
terbebani.
2.
Membangun
kapasitas untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat
Pembelajaran juga dirancang agar pola pikir peserta didik bisa
terbentuk untuk terus belajar. Maka dari itu, pendidik perlu melakukan
kegiatan-kegiatan yang bisa membangun kapasitas peserta didik untuk menjadi
pembelajar sepanjang hayat.
Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh pendidik adalah misalnya
dengan memberikan umpan balik langsung yang mendorong kemampuan peserta didik
untuk terus belajar dan mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Selain itu, pendidik
juga dapat menggunakan pertanyaan terbuka yang menstimulasi pemikiran yang
mendalam.
3. Mendukung perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik
Perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik menjadi salah
satu faktor ketercapaian pembelajaran. Maka dari itu, penting pembelajaran
dirancang untuk mengembangkan kompetensi dan juga karakter dari peserta didik.
Contoh kegiatan untuk mengembangkan kompetensi dari karakter
misalnya dengan pendidik merancang pembelajaran yang berbasis inkuiri, berbasis
proyek, berbasis masalah, dan pembelajaran terdiferensiasi. Untuk pengembangan
karakter, pendidik merefleksikan proses dan sikapnya untuk memberi keteladanan
dan sumber inspirasi positif bagi peserta didik.
4.
Menerapkan
pembelajaran yang relevan
Pembelajaran relevan yang dimaksud di sini adalah sebuah
pembelajaran yang dirancang sesuai konteks, lingkungan, dan budaya peserta
didik, serta melibatkan orang tua dan komunitas sebagai mitra. Jadi, peserta
didik akan menangkap materi disampaikan karena merasa berhubungan dengan
pembelajaran yang diberikan.
Pendidik menyelenggarakan pembelajaran sesuai kebutuhan dan
dikaitkan dengan dunia nyata, lingkungan, dan budaya yang menarik minat peserta
didik. Pendidik pun perlu memberdayakan masyarakat sekitar, komunitas,
organisasi, ahli dari berbagai profesi sebagai narasumber untuk memperkaya dan
mendorong pembelajaran yang relevan.
5.
Berorientasi
pada masa depan yang berkelanjutan
Prinsip pembelajaran yang terakhir adalah berorientasi pada masa
depan berkelanjutan. Hal yang ingin ditekankan di sini adalah menanamkan
kepedulian peserta didik terhadap lingkungan dan masa depan bumi. Pendidik
memotivasi peserta didik untuk menyadari bahwa masa depan adalah milik mereka
dan mereka perlu mengambil peran dan tanggung jawab untuk masa depan mereka.
Jadi 5 prinsip pembelajaran pada kurikulum pemulihan pembelajaran menjadi prinsip-prinsip yang membuat kurikulum menjadi dinamis dan terdiferensiasi sesuai karakteristik peserta didik dan satuan Pendidikan masing- masing sehingga peserta didik dapat mencapai kompetensi dan capaian pembelajaran.
Selain
itu, beberapa alasan yang juga memperkuat persepsi mengapa kurikulum harus
berubah, diantaranya:
1.
Perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar kerja
Dalam era digital saat ini, teknologi terus berkembang dengan pesat. Kurikulum harus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan mengajarkan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja saat ini. Kurikulum harus menekankan pada keterampilan komunikasi, keterampilan teknologi informasi dan komputer, keterampilan kolaborasi dan keterampilan pemecahan masalah. Saat ini generasi muda lebih kreatif dan kritis karena berlimpahnya sumber ilmu yang mudah diakses dari mana saja, sehingga pembelajaran klasikal dengan satu sumber guru juga sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan rasa ingin tahu peserta didik.
2.
Penemuan ilmiah baru
Penemuan
ilmiah baru terjadi setiap saat, dan kurikulum harus menyesuaikan diri dengan
penemuan tersebut. Misalnya, penemuan baru dalam ilmu kedokteran atau teknologi
harus tercermin dalam kurikulum untuk memastikan bahwa peserta ddik mendapatkan
pengetahuan terbaru.
3.
Perlunya perbaikan kualitas pendidikan
Perubahan
kurikulum dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan. Perubahan ini dapat
membantu guru mengembangkan metode pengajaran baru dan lebih efektif untuk
meningkatkan pemahaman peserta ddik. Kurikulum yang lebih baik juga dapat
membantu meningkatkan motivasi peserta ddik dan minat mereka dalam belajar.
Selain itu kualitas Pendidikan juga berkaitan erat dengan kualitas karakter
peserta didik, di mana degradasi moral dan karakter yang sangat nyata terjadi
pada generasi muda saat ini sudah menjadi perhatian serius bagi kita semua. Sehingga
diharapkan kurikulum yang diterapkan selain dapat mencapai kemajuan pada
pengetahuan dan keterampilan juga pada sikap karakter, terutama karakter :
- ü Beriman,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia
- ü Mandiri
- ü Bernalar
kritis
- ü Kreatif
- ü Bergotong-royong
- ü Berkebhinekaan
global
4.
Meningkatkan inklusivitas
Perubahan
dalam kurikulum juga dapat membantu meningkatkan inklusivitas pendidikan.
Dengan memasukkan lebih banyak topik dan perspektif yang beragam, seperti
isu-isu gender atau isu-isu multikultural, kurikulum dapat membantu peserta
ddik memahami dan menghargai perbedaan budaya dan pandangan dalam masyarakat.
5.
Menyesuaikan dengan perkembangan sosial dan budaya
Kurikulum
juga harus menyesuaikan diri dengan perkembangan sosial dan budaya yang terjadi
di masyarakat. Ini termasuk memperkenalkan topik seperti kesehatan mental,
lingkungan, dan hak asasi manusia ke dalam kurikulum untuk membantu peserta
ddik memahami isu-isu yang relevan dalam masyarakat saat ini.
Melihat
dari aspek-aspek di atas, maka kurikulum yang kaku dan berpusat pada guru sudah
tidak cocok lagi untuk diterapkan. Kurikulum merdeka atau disebut juga dengan
kurikulum prototipe dapat dirancang, diubahsuaikan sesuai kebutuhan dan tujuan
capaian pembelajaran hingga secara bertahap diharapkan peserta didik
terstimulasi dengan baik sesuai tahapan perkembangannya hingga mampu mencapai
kemampuan mencipta yang merupakan wujud pemahaman dan kemajuan terbaik bagi
proses pendidikan yang dialaminya. Demikian maka kurikulum Merdeka (Kurikulum
Prototipe) ini terangkul dalam kesatuannya sebagai :
- Ø Intrakurikuler
- Ø Ekstrakurikuler
- Ø Program
Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Untuk
dapat memberikan warna baru yang mendukung antusiasme para guru dan peserta
didik dalam proses pendidikannya yang tidak hanya sekedar transfer ilmu, tetapi
juga transfer nilai.
Perubahan
kurikulum sangat penting dilakukan untuk memastikan
bahwa pendidikan yang diberikan tetap relevan dengan tuntutan zaman.
Sehingga belajar benar-benar menjadi proses membangun pengetahuan baru yang
terjadi pada diri peserta didik, mulai dari kemampuan awal, pengalaman belajar,
dan interaksi sosial yang dialaminya. Hal ini sejalan dengan teori belajar
Konstruktivisme. Hal penting lainnya adalah Kurikulum harus mengikuti kodrat
alam dan kodrat zaman, serta memperhatikan keberagaman dan inklusivitas dalam
proses belajar mengajar.
Sebagai aksi nyata saya merangkul peserta didik SMP melalui kegiatan refleksi SMP dengan menjabarkan tentang potensi masalah dan prestasi pada peserta didik SMP serta pengenalan tentang kehidupan berkelanjutan (sustainable live) sebagai arah impian masa depan. Dan ternyata aksi tersebut mendapat sambutan positif , dimulai dari beberapa peserta didik SMP Kelas 7 yang menyatakan diri ingin berpotensi dalam prestasi, sehingga dengan dorongan motivasi internal para peserta didik tersebut, akhirnya tercetuslah ide membentuk komunitas Rumah Karya di mana mereka akan belajar secara mandiri untuk berkarya, berprestasi sebagai pemuda semesta yang juga memimpikan kehidupan yang berkelanjutan.
Akhirnya Komunitas Rumah karya terbentuk dan berjalan secara mandiri. Dalam
prosesnya, peserta didik meminta saya sebagai pembina mereka dan akhirnya kini
sudah mulai terlihat kegiatan positif yang mereka lakukan secara kolaborasi
Bersama-sama , sesuai dengan minat dan bakat potensi masing-masing sehingga
pada hari Bumi kemarin, mereka tampil membawa acara secara Live di Instagram
untuk memperkenalkan :
v
Komunitas Rumah Karya dan Visi Misi Komunitas
Rumah Karya yang mana dirumuskan peserta didik secara mandiri melalui beberapa
kali pertemuan baik secara langsung maupun via Zoom Meeting :
v
Kegiatan budaya cinta lingkungan, seperti
:
1. Penampilan
Senam Kasih Semesta dengan judul lagu “Pemuda Semesta”
P Praktik
membuat Eco Print
3. Praktik membuat Eco Enzyme
Melalui
contoh ini, anak dapat dipastikan telah menjalankan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsipnya
, yakni: sesuai dengan tahapan perkembangan anak, bahkan terdiferensiasi sesuai
dengan minat dan bakat masing-masing; membangun kapasitas belajar peserta didik
menjadi pembelajar sepanjang hayat (terlihat dari antusias dan semangat kemandirian
mereka walaupun menghadapi banyak rintangan dan halangan); mendukung perkembangan
kognitf dan karakter (peserta didik mencapai perkembangan sikap, pengetahuan
dan keterampilan secara bersamaan); menyesuaikan konteks kehidupan peserta
didik (langsung terlibat dalam kehidupan nyata); dan mengarah pada masa depan
yang berkelanjutan.
Dalam hal ini kita bisa merasakan manfaat nyata dari penerapan Kurikulum Merdeka yang efektif, menyenangkan, dan mampu mengakomodir setiap karakteristik peserta didik dengan segala keunikannya sehingga mereka benar-benar mengalami proses pembelajaran yang bermakna dan terstimulasi Hasrat belajar sepanjang masanya dari dorongan motivasi internal karena mreka benar-benar dilibatkan dalam kehidupan nyatanya. Contoh ini diharapkan dapat semakin memberikan pemahaman penting bagi kita semua mengapa kurikulum perlu berubah. Terima Kasih
Artikel ini merupakan Aksi Nyata dari Praktik Kurikulum Merdeka oleh :
jenny021@guru.smp.belajar.id
Terima Kasih. Informasi yang bagus dan menginspirasi.
BalasHapus