Melepaskan Itu Indah

Masa iya sih?
Lagian siapa juga sih yang senang untuk melepas tatkala sudah begitu banyak usaha dan pengorbanan untuk mendapatkannya. Akh! Jane sedang ngawur deh. Tapi eittss tunggu dulu!!! Mari kita tenangkan diri dan renungkan dengan hati. Mengapa kita harus melepas dan bahagia untuk melepas di kala memang sesuatu itu harus dilepaskan? Cuba kita cek apakah selama ini kita ngotot untuk bertahan memendam dan menggenggam erat semua benda materi, pencapaian dan perasaan emosi kita setiap hari seperti emosi sedih yang telah menahun, benci dan dendam kusumat pada seseorang, perasaan kecewa dan marah yang berkepanjangan, bahkan ketidakikhlasan diri menerima keadaan dan kondisi diri kita yang mungkin kenyataannya tidak sesuai dengan harapan kita misalnya gagal dalam pemilu, gagal dalam mencapai atau mempertahankan prestasi, gagal dalam mendapatkan sesuatu atau, terserang penyakit yang tidak terduga, tiba-tiba ditinggalkan oleh orang yang berarti bagi anda, kehilangan harta benda atau materi yang berharga, dan sebagainya perasaan yang masih terus menyesakkan dalam dada. Mengapa toh begitu berat dibawa-bawa tanpa mau melepaskannya? Semuanya karena ketidaktahuan kita. Ketidaktahuan tentang apa? Mari kita simak !

1. Ketidaktahuan tentang kebenaran
Hidup yang tak kekal adalah kebenaran. Segala hal duniawi selalu bersifat dualitas. Ini juga adalah kebenaran. Jadi selama yang namanya hal duniawi selalu saja ada baik maka ada yang buruk, ada cantik ada jelek, ada sukses ada gagal, ada cinta ada benci, ada sakit ada sehat, ada kaya ada miskin, ada yang dipuja ada yang dihina, ada menang ada kalah, ada atas ada bawah, ada perjumpaan pasti ada perpisahan. Dan itu semua terus berubah tiada yang kekal permanen. Bila kita memahami dan tahu jelas akan hal ini akankah kita mau tercekat lagi dengan riak emosi dan beban perasaan bahkan materi dan kedudukan yang tak kekal adanya? Hanya amal ibadah yang kekal di dunia dan akhirat yang layak kita perjuangkan maka belajarlah dengan ikhlas dan nyaman hati melepaskan materi dan perasaan duniawi ketika memang saatnya untuk dilepaskan.
Musim Gugur Buatan Indonesia ☺


2. Ketidaktahuan tentang hukum alam
Alam sebenarnya selalu bercerita dan mengajarkan kepada kita tentang kehidupan. The Law of Vacum adalah salah satu hukum alam, dimana alam selalu melepas dan memperbarui diri untuk diisi dengan baru. Setiap hari tubuh kita juga harus melepaskan dan mengosongkan perut dari makanan & minuman yang telah kita masukkan untuk diisi dengan yang baru. Contoh lainnya adalah sirkulasi darah, jejak kaki kita di pantai.  Jika sesuatu dipegang, digenggam dan ditahan terus tanpa diperbarui maka hasilnya tidak baik, seperti air di kolam yang tak pernah disaring atau diganti, kotor dan berlumut. Bayangkan jika kita makan saja tapi tidak mau buang, bayangkan anda tetap menyimpan barang bekas seperti tempat/kardus suatu barang di rumah tanpa boleh dibuang, alangkah sumpeknya. Hukum alam akan kehampaan ini memang tidak diajarkan melalui kurikulum di sekolah tetapi dapat kita pahami bila kita mau dekat, mencintai dan mencuba mendengarkan alam berbicara dalam sifat kerjanya.

Satu hal yang juga saya sadari dan pelajari sendiri ilmunya dari hasil karya anak saya bersama kelompoknya pada mata pelajaran Mandarin di sekolahnya SMP Maitreyawira. Mereka membuat project karya dengan mencari kalimat yang bermakna dan merangkainya menjadi sebuah karya. Kebetulan momen pada saat itu adalah bulan Mid Autumn Festival (中秋节), kalau di Indonesia sering disebut sebagai festival kue bulan Jadi perhatian masyarakat Indonesia pada umumnya lebih fokus pada rasa dan momen menikmati kue bulan di bawah bulan purnama bersama keluarga. Sementara beberapa dari kita juga ada yang menikmati keindahan panorama musim gugur di luar negeri dengan memilih waktu liburan ideal di bulan-bulan musim gugur seperti ini untuk menyaksikan indahnya daun kekuningan yang berguguran di sepanjang jalan. Panorama musim gugur memang khas dan tidak dapat dinikmati di waktu yang bukan musimnya.  lalu "cekrek" foto & diunggah ke sosmed dengan caption "Autumn in my heart" tetapi sayangnya, kita tidak tahu cerita dan hukum apa yang sebenarnya ingin disampaikan panorama musim gugur tersebut. Nah saya juga belajar dari anak saya loh ternyata. Saat itu mereka membuat tulisan yang kalimatnya demikian : 秋天落下的金叶让我知道放下有多美 (cara baca ada di video atau abaikan saja cara bacanya  saya akan menjelaskan artinya) , yang artinya Daun keemasan yang berguguran di musim gugur mengajarkan saya akan indahnya melepaskan. Saat itu saya terperangah dan kembali mendapatkan satu ilmu hukum alam dari daun yang bahkan telah gugur jatuh ke tanah. Hasil project sederhana yang diberi judul "秋星" kalau saya artikan adalah Rasi Bintang Musim Gugur. Sungguh dengan efek rasi bintang yang berbentuk daun mapel yang dibentuk dari lampu-lampu pijar kecil benar-benar sangat menginspirasi saya. Benar sekali ternyata dari panorama musim gugur dengan dedaunan kekuningan yang berguguran yang sebenarnya adalah proses alam untuk memperbarui diri namun betapa keindahan yang terbingkai dalam setiap hati yang menikmati dan foto yang ada ternyata karena proses melepaskan barulah bisa menjadi sedemikian indah. Bila setiap daun tidak ingin menggugurkan dirinya dan tdk ingin melepaskan diri dari dahan dan batang pohon tentunya tak mungkin ada fenomena keindahan musim gugur yang begitu indah untuk kita nikmati. Maka setelah kita memahami hukum alam kita juga akan merasa adalah hal yang sangat alami dan indah ketika harus melepaskan sesuatu dari diri kita. Dan tentunya semua itu adalah demi pembaruan yang baik bagi diri kita sebagai bagian dari alam.

3. Ketidaktahuan kita tentang diri kita dan orang di sekitar kita.
Seringkali kita menyalahkan diri dan orang lain atas masalah yang terjadi pada diri kita tanpa mau sedikit lebih dalam mengenal dan menyadari kondisi diri sendiri dan orang lain. Ketika kita gagal dalam usaha, bisa jadi kita menyalahkan diri yang kurang beruntung atau kurang menggenggam kesempatan padahal bila ditilik ke dalam diri sebenarnya kita sudah berusaha yang terbaik siang malam sepenuh hati. Hanya saja mungkin untuk bidang tersebut masih ada orang yang lebih unggul dan lebih cocok untuk prestasi tersebut dan kita masih memiliki waktu untuk belajar dan berkembang melalui setiap milestones yang kita lalui. So it's oke, harusnya kita harus menerima diri, melepaskan kekecewaan dan emosi negatif serta kembali memperbarui diri dengan semangat baru. Terkadang kita menyalahkan orang tua yang tidak menyekolahkan kita ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi padahal andai saja kita sedikit mau memahami kondisi kehidupan orang tua kita dan mengetahui bagaimana usaha mereka yang penuh letih derita sehari-hari kita sudah bersyukur bisa disekolahkan hingga tamat SMA, seharusnya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi kita juga siap mencari jalan dan usaha sendiri tanpa menyalahkan dan membebani orang tua dan hati kita sendiri dengan emosi negarif. Ada juga yang menyalahkan orang tua, keluarga maupun teman dan rekan atas kegagalan dan kehancuran diri yang dirasakannya. Misalnya ketika seseorang dicampakkan, dia akan menyalahkan orang lain yang mencampakkannya tersebut, menyalahkan orang tua yang tidak menyetujui hubungan anda berdua, dendam dan benci tertimbun tinggi dan rapat yang membuatnya sesak nafas setiap kali memikirkannya. Padahal di ujung dunia sana, mereka sedang bergembira ria menjalani hidupnya. Mengapa kita malah mau memenjarakan hati kita sendiri dalam emosi negatif yang tak rela dilepaskan? Padahal bila dipandang dari kacamata positif, seseorang meninggalkan kita mungkin karena ia menemukan ketidakcocokan chemistry di antara kita atau apapun itu alasannya, bahkan tanpa alasan sekalipun, tetapi cuba saja pahami diri dan perasaannya hingga dia bisa membuat keputusan seperti itu dan juga pahami dirimu bahwa mungkin dia bukan yang terbaik untukmu. Semua yang terjadi pasti ada alasannya, ok! Kembali ke poin 1 hukum kebenaran bahwa ada perjumpaan pasti ada perpisahan, yang berbeda mungkin hanya saatnya saja. Oleh sebab itu sebenarnya semua pemahaman terhadap diri dan orang lain dibangun dari persepsi kita sendiri, bagaimana cara kita memandang dan menahaminya. Dengan mau tahu dan memahami maka akan mudah bagimu untuk menerima dan melepaskan dengan ikhlas.

Nah setelah paham dan tahu akan 3 poin di atas, agar lebih ringan menjalani kehidupan ini tanpa beban yang tak seharusnya anda pikul-pikul selalu, apakah anda setuju untuk mulai membersihkan diri anda dari semua beban sampah dan energi negatif baik yang terlihat maupun tak terlihat pada diri dan lingkungan anda? mulai melepas dan membuang benda, sampah dan emosi negatif yang memberatkan langkah dan memenuhi ruang rumah maupun pikiran anda? Mulailah dengan membenahi kamar dan rumah anda  hingga ke kamar dan ruang hati anda. Ingat The Joy of Less , semakin minim semakin baik adalah penemuan baru untuk hidup lebih baik dalam dunia yang overwhelming saat ini. Setelah itu mari kita memaafkan dan memperbarui diri dengan energi positif penuh cinta yang siap diberikan kepada orang lain di sekitar kita. Dengan demikian anda akan merasakan betapa indahnya melepaskan. Nah kali ini Jane ternyata tidak ngawur kan? 👧 Jia you!!!
Selfhelp untuk melepaskan berupa Law of Vacuum Application & Exercise ala Bimbingan Mental Pak Timothy Wibowo akan saya sertakan untuk anda di blog saya selanjutnya untuk anda. Tentunya melepaskan juga merupakan suatu kebiasaan yang membutuhkan usaha yang dimulai dari perilaku mau berubah.  Kembali saya sampaikan juga mendekatkan diri dan beribadah sesuai dengan keyakinan agama kita masing-masing adalah cara mutlak dan jalan terbaik mendapatkan kebijaksanaan untuk hidup bahagia bersama kasih Sang Pencipta. Sampai jumpa. 

Komentar

Posting Komentar