Berubah Itu Baik



Sering sekali kita ingin berubah namun gagal. Kita ingin merubah kebiasaan pola hidup kita dengan lebih sering berolahraga tetapi tubuh ini enggan bekerjasama untuk bangun lebih pagi dan bergerak. Kita ingin merubah pola makan kita menjadi pola makan yang lebih sehat namun setiap saat ada niat untuk berubah, saat itu juga tepatnya makanan enak datang menggoda dan kembali kita terkalahkan. Kita ingin merubah gaya rambut kita dengan model yang belum pernah kita miliki untuk memberi efek suasana baru misalnya model pendek laki-laki, tapi penolakan karena takut berbeda dari model feminim kita yang biasanya terus menghantui dan akhirnya kita membatalkan rencana tersebut. Apalagi ketika kita ingin merubah cara pikir kita dan kebiasaan-kebiasaan yang sudah terpupuk lama.Selalu saja ada magnet yang menarik kita kembali ke asalnya.

Demikian semua rencana kita untuk berubah seakan selalu menemui jalan jig jag kembali ke asal kalau tidak jalan buntu yang ditemui karena lebih lemahnya keinginan daripada kemalasan untuk berubah demi alasan apapun itu. Ini adalah mekanisme alamiah dalam diri kita yang disebut homeostatis, program pikiran alam bawah sadar yang sering kali menghambat perubahan dengan menciptakan kondisi stabil dan tidak boleh berubah sehingga menimbulkan efek lazy to change.

Sebenarnya mekanisme ini penting untuk mengatur kerja tubuh secara otomatis, misalnya saat kita berada dalam ruangan yang mendadak panas hingga 39 derajat maka tubuh akan mengeluarkan keringat sebagai respon memnerikan kestabilan agar suhu tubuh tetap terjaga dan kembali ke kondisi asal. Tujuannya baik bukan? Bayangkan apa yang akan terjadi jika tidak ada program homeostatis ini? Jika suhu udara di sekitar kita naik hingga 40 derajat dan suhu tubuh kita ikut naik maka yang terjadi adalah kita akan pingsan mendadak. Begitu juga seandainya kita berada di ruangan dengan suhu minus 10 derajat, maka tubuh akan berusaha mengatur suhu tubuh tidak serupa dengan suhu dalam ruangan. Ini sama hanya seperti kesepakatan tentang rambu lalu lintas yang bisa dirubah setiap waktu maka lalu lintas di jalan raya akan menjadi kacau. Pengaturan dalam pikiran kita juga demikian. Jika begitu mudah untuk diubah, tidak akan ada aturan yang jelas untuk dijalankan. Itulah sebabnya banyak orang memutuskan untuk berubah, tetapi pada akhirnya kembali lagi ke pola lama dengan menciptakan kondisi stabil dan tidak boleh berubah.

Yang menjadi masalah adalah pada situasi tertentu, proses mekanisme ini akan menjadi penghambat perubahan di dalam diri kita, seperti jika manusia ingin merubah kebiasaan buruknya lalu tidak paham akan program homeostatis ini, maka dia akan mengalami frustrasi. Perubahan dan upaya yang dilakukan seakan tidak pernah berhasil dan gagal terus. Ketika anda pahami tentang mekanisme homeostatis yang secara alami selalu mencari kondisi nyaman, menghindari kondisi tidak nyaman dan malas untuk berubah inilah yang seringkali menghindari perubahan dan menjauhi tantangan yang bisa menimbulkan perubahan, bahkan perubahan yang baik sekalipun. Karena perubahan akan dianggap sebagai suatu respon ketidaknyamanan oleh program homeostatis dalam alam pikiran bawah sadar kita.

Lantas apakah karena itu kita tidak mungkin lagi untuk berubah? Adakah cara menembus homeostatis? Jawabannya adalah ada. Homeostatis hanya bisa dilawan oleh satu hal yang namanya disiplin. Untuk menciptakan pola perubahan baru perlu disiplin untuk melakukannya berulang-ulang hingga menjadi kebiasaan baru yang diterima oleh sistem homeostatis itu sendiri. Para pakar psikologi menyatakan, dibutuhkan waktu 21 hari secara teratur untuk merubah atau menanam kebiasaan pikiran maupun prilaku baru tanpa berhenti.  

Kini coba kita pikirkan, kebiasaan positif apa yang perlu dirubah untuk kebaikan dalam hidup anda, lakukan itu secara konsisten dan disiplin. Bisa berupa kebiasaan berolah raga, berterima kasih, berdoa, merapikan tempat tidur, mencuci piring setelah makan, memberi hadiah untuk memotivasi anak, mendisiplinkan waktu anak menggunakan gadget (ini yang menjadi tantangan global isu saat ini, bahaya bonus demografi yang mengancam dan perlu segera disadari oleh semua pihak), kebiasaan pola hidup sehat dan pola makan sehat, serta banyak lagi yang mungkin ingin anda capai.
Lakukan itu secara konsiten selama 21 hari (3 minggu). Jika kelewatan sehari maka tetap saja dilakukan hanya waktu selesainya diundur menjadi 22 hari. Namun, jika sudah lebih dari tiga hari atau tiga kali di hari yang berbeda tidak melakukan kebiasaan baru tersebut, maka diulangi lagi dari awal dan berkomitmenlah untuk selesai selama 21 hari.

Kini jangan takut lagi untuk berubah sebab satu perubahan akan memberikan banyak dampak. Tentu yang kita tuju di sini adalah perubahan ke arah yang lebih baik maka berubah itu baik. Jia you!


Komentar

Posting Komentar