Pada era digital seperti sekarang ini hal yang paling erat dengan manusia dewasa ini dalam berbagai usia adalah gadget , internet, media elektronik seperti computer, televisi dan lain – lain yang pengoperasiannya hanya menggunakan sentuhan jari. Praktis memang, tetapi di balik semua kenyamanan dan kepraktisan yang disajikan ada bahaya laten yang mengintai generasi penerus bangsa kita.
Untuk itulah kita sebagai pendidik dan orang tua perlu
memahami bagaimana mendidik anak di era digital ini mulai dari sejak anak
berusia dini. Sebelumnya kita perlu memahami pengaruh media digital pada anak
usia dini baik positif maupun negatifnya agar kita mampu mempersiapkan anak
menghadapi zamannya dengan pembekalan wawasan dan karakter yang baik ke
depannya. Selamatkan masa depan.
Berdasarkan
hasil data survey yang dilakukan oleh APJII ini menyatakan bahwa ada tiga
alasan utama orang Indonesia menggunakan internet, yaitu; untuk mengakses
sarana sosial/komunikasi (72%), sumber informasi harian (65%), dan mengikuti
perkembangan jaman (51%). (dalam APJII, 2015:22
Sementara
itu hasil penelitian terbaru, mencatat pengguna internet di Indonesia yang
berasal dari kalangan anak-anak dan remaja diprediksi mencapai 30 juta. Data
tersebut diambil dari hasil penelitian yang berjudul "Keamanan Penggunaan
Media Digital pada Anak dan Remaja di Indonesia" yang dilakukan lembaga
PBB untuk anak-anak, UNICEF, bersama para mitra, termasuk KOMINFO dan
Universitas Harvard AS. (Dalam Panji, 2015)
Sebagian
besar Peggunaan media ICT dalam proses pembelajaran telah diterapkan oleh
lembaga PAUD baik negeri maupun swasta.
Dalam proses pembelajaran dapat digunakan berbagai media informasi dan
teknologi seperti laptop, tablet, android, komputer, dan salah satunya adalah gadget.
Gadget
merupakan salah satu alat informasi dan komunikasi yang lumrah digunakan oleh
masyarakat pada umumnya terutama Pascasarjana/S2/S3, Sarjana/S1,
Akademi/D1/D2/D3/D4/Vokasi, SMU/SMA sederajat, SMP/MTS Sederajat , SD/MI
sederajat maupun anak usia dini.Berdasarkan
hasil survei the Asian parent Insights (dalam Fajrin,2014:5), di kawasan Asia
Tenggara, pada 5 negara yakni Singapura, Thailand, Philipina, Malaysia dan
Indonesia terdapat 2.417 orang tua yang
memiliki gadget.
Selanjutnya hasil survei dari 98% responden anak-anak
usia 3–8 tahun, 67% diantaranya menggunakan gadget
milik orang tua, 18% menggunakan gadget
milik saudara atau keluarga, dan 14% sisanya menggunakan gadget milik sendiri.
Survei
selanjutnya, pada anak usia 6–8 tahun
menghasilkan data 89% pada responden laki-laki yang menggunakan gadget untuk bermain games dan pada
responden perempuan sebanyak 74%.
Menurut Ferliana (dalam Prianggoro. 2016:1)
mengatakan bahwa perkembangan otak anak akan lebih optimal jika anak diberi
rangsangan sensorik secara langsung. Jadi bukan melalui gadget. Misalnya ketika di sekolah seorang guru memberikan materi kepada anak tentang
buah-buahan maka guru perlu mencontohkan gambar buah atau bila perlu guru
menunjukan buah yang sesungguhnya. Karena anak pada umumnya masih membutuhkan
benda yang sifatnya konkrit. Kegiatan yang melibatkan anak secara langsung akan
sangat membantu anak dalam mengembangkan imajinasi, kreativitas, dan kecerdasannya.
Yuk kita lihat beberapa efek yang akan terjadi pada anak yang cenderung menggunakan gadget dalam kegiatan sehari-harinya.
1) Interaksi sosial anak
Kegiatan
bermain gadget yang berlebihan dan
menggunakan waktu yang cukup lama akan banyak menyita waktu bagi anak untuk
melakukan hal yang lainnya. Hal ini akan mengakibatkan anak menjadi orang yang
kurang empati dengan situasi disekitarnya dan anak akan lebih fokus dengan gadget dibandingkan belajar. Sedangkan
anak yang tidak memiliki gadget akan lebih mudah berkomunikasi dengan teman-temannya
atau bermain dengan teman-temannya. Disini kita bisa melihat bahwa anak yang
memililki gadget tidak memilki
interaksi langsung dengan teman-temannnya atau bersosialisasi sedangkan anak
yang tidak memilki gadget lebih mudah
bersosialisasi dengan siapa saja yang ia jumpai.
2) Waktu
Kebiasaan
yang sering diulang akan terus terpelihara tanpa ada batasnya. Terlebih dalam
hal penggunaan gadget yang berlebih
akan banyak menyita waktu , tenaga, pikiran dan perhatian anak. Tanpa disengaja
dan disadari anak akan terbentuk menjadi anak yang tidak menghargai waktu
karena keasyikan dengan bermain gadget,
baginya gadget adalah segalanya. Ketika anak sudah asyik dengan dunia maya (gadget) maka anak akan lupa dengan dunia
nyata yang kelihatan disekitarnya.
3) Paparan radiasi
Kebiasaan
berada di dekat gadget yang kaya akan
radiasi menyebabkan anak sekarang lebih mengalami banyak masalah kesehatan yang
berkaitan dengan radiasi dibandingkan dengan anak zaman dulu. Beberapa masalah
yang diakibatkan oleh paparan radiasi pada otak manusia antara lain : penurunan
perkembangan otak dan menyebabkan anak kurang perhatian kepada lingkungan
sekitarnya, penggunaan telepon genggam dekat dengan kepala anak dengan
tengkorak yang masih tipis dan sangat rentan dapat menghancurkan sel syaraf
otak anak dan resiko tinggi terkena penyakit kanker
4) Masalah area sensory balance
(keseimbangan indera)
Karena selama penggunaan gadget/ tehnologi lain seperti televise/games, anak hanya
mendapatkan stimulasi pada mata dan jari saja sehingga keseimbangan indera lain
terganggu seperti indera propioseptic yang ada pada ligamen dan
vestibular untuk keseimbangan.
5) Masalah area attention
Rangsangan terus
menerus hanya pada neuron bagian tengah otak melepaskan dopamine yang
menimbulkan kesenangan berlebihan menyebabkan perhatian anak dapat lama
tertuju pada paparan layar tv/gadget/videogames dan menimbulkan masalah ketidak
terarikan terhadap aktivitas yang tidak semenarik layar tv/gadget yang selama
ini dilihatnya misalnya belajar di sekolah.
6) Masalah area emotion (emosi)
Anak usia dini yang sering terekspos dengan
kekerasan melalui video gadget/TV/Video
games tumbuh menjadi anak yang rentan stress dan tinggi tingkat adrenalinnya
dimana mereka belum dapat memilah apa yang mereka akses tersebut yang mana yang
nyata dan tidak nyata sehingga kerap kali menjadi masalah mereka mengikuti
perilaku yang sering tantrum, agresif dan ketika tumbuh dewasa tidak mematuhi
orangtuanya.
7) Obesitas dan masalah kesehatan lainnya
Anak
yang mengandalkan waktu bermain mereka di layar gadget daripada anak yang
bermain di taman mengalami tingkat obesitas yang lebih tinggi yang menyebabkan
komplikasi penyakit seperti diabetes, penyakit jantung dan stroke.
8) Gangguan penglihatan
Anak
yang kecanduan gadget/komputer games /tv lebih mungkin mengalami gangguan pada
mata mereka karena kontak yang terlalu lama pada layar computer dapat merusak
indera penglihatan.
9) Kurang minat di alam terbuka
Anak
yang lebih sering memainkan gadget/ computer/ menonton tv berlebihan akan lebih
terasing dari alam, hewan, tumbuhan, langit, danau, dll karena lingkungan
mereka yang hanya mengurung diri di kamar atau perhatian mereka yang hanya
tertuju pada layar komputer saja.
Pada
dasarnya pengenalan gadget pada anak
memang penting, agar anak tidak dikatakan gaptek atau kudet, tetapi tetap pada
pengawasan orangtua dan tepat masa.
Sementara itu fakta pengguna gadget
bukan saja pada orang dewasa atau lanjut
usia (22 tahun keatas), remaja (12-21 tahun), semata tapi pada anak-anak
(7-11tahun), dan siapa sangka kalau anak usia dini (3-6 tahun), yang sebaiknya belum layak menggunakan gadget, kini justru mereka
lebih lihai dalam menggunakan gadget
dibandingkan orangtua mereka.
Sebagian
besar orang menganggap bahwa dengan memberikan gadget pada anak akan lebih
mudah orangtua melakukan pekerjaan mereka dari pada terus diganggu oleh si
anak, pada sisi lain lagi orangtua atau guru berpendapat bahwa dengan
memberikan gadget pada anak sejak
dini anak akan lebih familiar dengan teknologi sehingga membuat mereka dapat
memiliki wawasan dan ilmu pengetahuan yang lebih cepat dan luas.
Berdasarkan hasil penelitian dari 41 responden
terdapat 18 responden menggunakan gadget lebih dari 11 jam perhari dan gadget digunakan untuk browsing bahkan paling banyak digunakan
untuk bermain game online dan untuk
mengakses berbagai media sosial yang ada seperti (Instagram, Path, Facebook,
twitter). Sementara itu Anak-anak pada usia 5-12 tahun menjadi pengguna terbanyak
dalam kemajuan dari teknologi dan informasi. Ini menurut Hasella loh.
Adapun
tanda-tanda adiksi pada teknologi /gadget
/ (internet) /pada anak antara lain:
1.
Durasi – waktu bermain yang panjang (≥ 6
jam)
2.
Emosi – anak sering menunjukkan emosi
marah, sedih, frustrasi ketika tidak bermain atau tidak berhasil meminjam gadget dari orang tuanya.
3.
Prioritas – anak lebih memilih bermain gadget daripada bersosialisasi atau
melakukan rutinitas harian (malas mandi dan makan)
4.
Tanggung jawab – anak mulai sering
melalaikan tugasnya yang diakibatkan oleh pikirannya yang hanya terobsesi
dengan gadget , tv , video games,
atau internet
5.
Tidur – pola tidur terganggu karena
bermain gadget tanpa mengenal waktu
(hingga larut malam)
Berikut ini adalah
beberapa dampak negatif dari tehnologi informasi dan juga komunikasi seperti
internet dan gadget secara nyata:
1. Individu menjadi malas untuk bersosialiasi secara
fisik
2. Meningkatnya kejahatan cyber dan penipuan
3. Cyber bullying
4. Konten negatif yang berkembang pesat
5. Fitnah dan dan
pencemaran nama baik secara luas
6. Efek menjauhkan yang dekat
7. Mengabaikan tugas dan juga pekerjaan
8. Membuang-buang waktu untuk hal yang tidak berguna
(karena kecanduan internet/games)
9. Menurunnya prestasi belajar dan juga kemampuan bekerja
seseorang.
10. Terpengaruh persepsi negatif seperti ajakan bunuh diri massal, skip challenge, dll dalam topeng tren
kekinian.
Di zaman yang sudah memasuki era smartphone ini, beberapa individu, baik dewasa maupun anak-anak ,
hidupnya sudah sangat dikuasai oleh gadget
sehingga kecanduan ini telah merubah pola hidup generasi produktif yang seharusnya produktif menjadi konsumtif
dan terlena dalam bahaya laten imperialisme tehnologi yang tidak disadari
bahayanya.
Coba saja kita teliti kehidupan anak-anak sekarang
(generasi penerus bangsa kita) yang disamping makin kecanduan dengan beberapa video games dan media sosial sehingga
menjalani rutinitas hidup yang tidak selayaknya, tidak sehat dan semakin
terasing dari dunia nyata. Banyak cerita tentang kids zaman now.
Apakah ini normal? Coba kita bandingkan dengan melihat
pada 12 tahun ke belakang, yang mana masih banyak anak yang lebih melibatkan
dirinya dengan aktivitas di luar ruangan, seperti olahraga dan bermain bersama
teman di taman, hubungan keluarga yang akrab dalam aktivitas ataupun ngobrol
bersama, semuanya terasa begitu indah dan menjadi kenangan yang menyentuh nilai
afeksi manusia secara kodratnya.
Namun penggunaan gadget
seperti sudah di luar batas kewajaran telah membuat banyak orang terjajah oleh gadget tanpa dia sadari. Bahkan anak
usia dini yang seharusnya lebih banyak mendapatkan stimulasi fisik dan sensori
konkret dari keluarga berupa pemenuhan kebutuhan dasar asuh, asih, dan asah
kini malah hanya diasuh oleh sebuah gadget
tanpa pendampingan yang berarti bagi perkembangannya di masa yang akan
datang.
Tanpa disadari, teknologi dan gadget memiliki bahaya
laten, terutama bagi kaum muda. Padahal generasi muda adalah generasi penerus
bangsa, namun bagaimana jika generasi muda saat ini adalah generasi ‘menunduk’?
Gadget memang memiliki banyak manfaat
untuk mempermudah segala aktivitas manusia baik yang berhubungan dengan
pekerjaan, bisnis, sosial dan juga hiburan. Namun, penggunaan gadget seperti sudah diluar batas kewajaran
yang membuat banyak orang terjajah oleh gadget.
Dulu saat jalan bersama rekan dan kerabat, kita akan
berjalan sambil berbincang dan diselingi canda tawa. Namun sekarang tak lebih
dari barisan robot dengan dua tangan di depan dada dan kepala menunduk. Santap
pagi, siang, malam saat ini malah diawali dengan ritual baru capture makanan yang akan disantap dan
dibagikan ke media sosial daripada berdoa terlebih dahulu sebelum makan.
Banyak orang terlihat asyik mengobrol (chatting) dengan temannya di dunia maya
ketimbang bertatap muka langsung dan berbincang dengan teman yang jelas-jelas
ada di dekatnya. Generasi muda saat ini telah berubah menjadi generasi baru
yang narsis dan ingin menjadi pusat perhatian, tren kekinian menjadi tren
baru di kalangan generasi menunduk ini. Banyak orang yang ingin menjadi eksis,
gaul, dan tidak ketinggalan zaman bahkan merasa seakan kebahagiaan hanya akan
diperoleh lewat gadget.
Tak jarang
mereka selalu ingin menjadi yang terdepan contohnya, ketika smartphone baru dari merk terkenal
dirilis, banyak orang berbondong-bondong untuk membelinya walau sebenarnya
tidak sesuai kebutuhan atau gadget lama
sebenarnya masih bisa dipakai lagi. Bahkan kejadian di China ada seorang anak
yang rela menjual sebelah ginjalnya demi membeli sebuah iphone keluaran
terbaru. Semua ini mengubah kebiasaan dan karakter individu atau kelompok.
Manusia zaman kini bahkan tidak lagi melindungi kehidupan, mengasihi kehidupan
dan memuliakan kehidupannya , namun dapat berbuat apa saja demi materi yang
merupakan adopsi dari modernisasi
Sehingga tidak
mengherankan pada zaman sekarang, sepulang dari sekolah , anak-anak tidak lagi
mencari orangtua, teman atau makanan, tetapi mencari gadget mereka. Bahkan
berdasarkan penelitian terbaru, tingkat penderitaan paling tinggi kedua di
dunia bukan lagi disebabkan oleh hal menyedihkan yang wajar, tetapi adalah karena
kehilangan gadget / telepon genggam mereka.
Permasalahan penyalahgunaan gadget yang menyebabkan
keranjingan gadget oleh hampir semua lapisan masyarakat dan hampir semua
golongan umur sudah menjadi permasalahan yang krusial yang tidak ada jalan
selesainya tanpa kesadaran dari diri masing-masing.
Lihat saja zaman sekarang, Setelah diteliti banyak
keluarga yang bercerai karena bebasnya pertemanan di sosmed secara tidak wajar,
upaya membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang mengunggah foto
kebahagiaan dan kemakmuran materialistis yang tampak oleh mata di sosmed
sehingga berujung kepada ketidakpuasan diri, iri hati, menimbulkan rasa tidak
bersyukur, bertengkar dengan pasangan, bahkan kenekatan melakukan berbagai
tindak kejahatan , baik kejahatan nyata maupun kejahatan berdasi yang semua
dilakukan demi pola hidup hedonisme. Belum lagi masalah remaja yang
terperangkap dalam penyakit games
addictive, pornografi, dan tindakan bully
hingga pelecehan sosial yang marak terjadi belakangan ini hingga tren terbaru
masalah persekusi yang menimbulkan rasa tidak tenang dalam kehidupan
masyarakat.
Komentar
Posting Komentar