Kita semua hebat berkat "Ibu" yang melahirkan, merawat, dan membesarkan kita di dunia ini. Ketika mungkin seorang dokter menyerah dengan mengatakan ,"anak ini sudah sangat lemah." Maka ibulah yang akan menyelamatkan. Bila seorang guru juga telah menyerah terhadap anak yang mungkin berbeda dari yang diharapkan. Peran seorang ibu jugalah yang menentukan masa depannya. Ibu yang hebat tidak pernah menyerah demi anaknya. Hari ini kita akan bercerita tentang beberapa orang ibu hebat yang pernah ada yang berada dibalik sosok hebat dunia.
Salah seorang diantaranya adalah Nancy, Ibunda Thomas Alva Edison yang memiliki rasa ingin tahu sangat tinggi dan sering dicemooh teman-temannya serta dikeluarkan dari sekolahnya. Pada saat itu Edison tinggal di kota Milan, Ohio, Amerika Serikat. Edison yang memiliki rasa ingin tahu yang sedemikian besar dianggap sebagai anak yang aneh oleh lingkungannya. Pertanyaan yang terus menerus menyusul setiap jawaban yang diberikan dianggap sebagai ketidakmampuannya untuk memahami sesuatu. Bahkan ayahnya sendiri menganggapnya terbelakang. Pernah ada kejadian di sekolah seperti ini. Saat guru sedang menjelaskan 1+1=2 dan mencontohkannya dengan dua buah apel, semua anak-anak mengangguk. Namun, Edison yang sama sekali tidak memahaminya maju ke depan kelas sambil membawa bongkahan tanah liat. Kemudian, satu bongkah tanah liat di taruh di meja, lalu satu bongkahan lagi ditaruh di atas bongkahan itu, sambil berkata: "1+1=1" Gurunya tidak dapat berkata apa-apa, langsung memanggil ibu Edison untuk datang ke sekolah. Guru menyampaikan kepada Ibu Edison bahwa Edison sepertinya mempunyai masalah dalam kepalanya dan mereka ingin mengeluarkannya dari sekolah. Ibu Edison merasa marah dan mengatakan bahwa Edison tidak punya masalah apapun. Edison tidak bodoh. Hanya saja dia memiliki cara berpikir yang berbeda dari cara anak-anak lain. Setelah itu Ibu Edison membawa pulang Edison ke rumah dan memutuskan akan mendidik Edison sendiri di rumahnya. Sebelum menikah, Nancy memang pernah bekerja sebagai guru di sebuah sekolah. Dalam pikirannya, Edison adalah anak yang istimewa sehingga perlu dididik dengan benar. Lalu melalui pendidikan dan bimbingan serta dukungan dengan cara membacakan banyak buku untuk Edison. Tanpa kenal lelah, semua buku dari segala genre dan tahapan tingkat kesulitannya semua ia bacakan sambil terus mengupas rasa ingin tahu Edison supaya potensi terbaik Edison muncul. Buku sains yang dibaca dan pengetahuan yang diperoleh Edison benar-benar membuatnya berhasrat ingin langsung mempraktikkannya hingga Nancy membuatkan laboratorium untuk anaknya di ruang bawah tanah. Ia juga menyiapkan botol-botol dan alat-alat percobaan sehingga kapanpun menginginkannya, Edison bisa melakukan percobaan. Edison banyak membuat percobaan di tempat ini hingga membuat banyak penemuan. Penemuan pertama Edison adalah perekam suara listrik (fonograf) dan mendapatkan hak paten yang membuatnya semakin semangat dan menghasilkan penemuan keduanya , yaitu indikator saham yang terjual dengan harga tinggi di pasar saham Wallstreet. Dengan uang tersebut, Edison mendidikan pabrik di New Jersey. Melakukan penelitian dan memproduksinya sendiri semakin membarakan semangatnya. Ia juga banyak mempelajari teknik pemanfaatan listrik. Lalu pada saat pembukaan pameran dunia dalam rangka perayaan peringatan kemerdekaan Amerika ke-100 di Philadelphia, pertumjukan penemuan telepon oleh Alexander Graham Bell mendapat perhatian publik, Edison yang turut menonton juga kemudian menciptakan telepon Bell yang telah diperbarui dengan menggunakan butiran karbon dalam pemancar sinyal suara. Dari sini, ia mendapatkan ida untuk menciptakan telepon suara gramofon pada tahun 1877. Jadi singkat cerita, diawali rasa ingin tahu bocah laki-laki yang meneliti di laboratorium bawah tanah buatan ibunya, Edison akhirnya menjadi penemu besar yang menciptakan lebih dari 1.000 penemuan yang diakui di dunia. Edison juga menjadi penemu listrik sebagai awal terjadinya revolusi industri kedua ini. Namun, hal itu bukan berarti Edison tidak pernah mengalami kegagalan dalam prosesnya. Hingga dapat ditemukannya bola lampu, Edison mengalami kegagalan lebih dari 9.999 kali, tetapi ia tidak pernah menyerah dan terus melakukan penelitian. Melihat hal ini, seorang teman pernah mengatakan kepadanya,"Kau mau gagal 10.000 kali atau hanya mau terus mengulang?". Edison menjawab," Aku bukanlah gagal, hanya saja untuk menciptakn bola lampu ada 9.999 macam alasan penemuan. Pandangan ini tidak terlepas dari peran ibunya yang selalu mengajarkan kepadanya untuk tidak takut gagal, dan bahwa harapan dapat dicapai dengan usaha yang gigih. Edison dalam wawancaranya mengatakan bahwa, "Hingga saat ini, tidak ada satu pun hal berharga yang ku peroleh hanya karena keberuntungan semata. Di antara berbagai penemuan yang ku ciptakan, tidak ada yang ku dapatkan secara kebetulan. Semuanya ku peroleh dengan usaha yang terus menerus dan sepenuh hati". "Orang-orang berkata bahwa aku mengalami begitu banyak kegagalan, tetapi pada akhirnya mencapai keberhasilan. Namun, aku tidak pernah berpikir sekalipun bahwa aku mengalami kegagalan. Faktanya, dalam sebuah penelitian perlu dilakukan banyak percobaan untuk menemukan cara efektif dan dalam sejumlah percobaan tesebut terdapat banyak cara yang tidak efektif. Jadi, jika memahami fakta ini, kita akan terus meneliti untuk menemukan cara yang efektif." Edison juga menyatakan bahwa,"Ibu merupakan pejuang yang paling menyemangatiku. AKu bisa menjadi seperti ini. Semua adalah berkat Ibu yang demikian gigih dan menunjukkan rasa percayanya kepadaku". Demikianlah warisan nilai "kegigihan" dan pendidikan dengan dukungan kasih seorang Ibu terhadap anaknya yang menjadikan Edison, seorang anak yang berbeda menjadi penuh percaya diri, merasa dipahami dan akhirnya mampu menunjukkan potensi terbaiknya dan hidupnya selalu mencerminkan kejujuran.
Ada 3 pelajaran yang juga merupakan moto dari Edison yang diwariskan kepada kita yang dapat kita pelajari melalui kisahnya. Yang pertama adalah "Genius terdiri atas 1% inspirasi dan 99% usaha". Yang kedua adalah,"Seseorang yang berkeinginan untuk sukses dalam hidupnya harus menjalani hidup dengan amat sabar, mengikuti nasihat orang bijak, yaitu menjadikan fokus sebagai saudara dan harapan sebagai dewa pelindung." Yang ketiga adalah "Kesuksesan bukan diukur dari hasil, melainkan dihitung dari banyaknya usaha yang dilakukan."
Jadi para sahabat Jane Merlyn, sedemikian pentingnya seorang ibu sebagai faktor kunci yang menentukan kesuksesan anak di masa depan harus menyentuh kesadaran kita sebagai ibu agar tidak selalu menekan anak untuk mengikuti kehendak kita. Namun, temukan keistimewaan mereka dan bawakan keistimewaan itu keluar dari dirinya hingga anak dapat bersinar cemerlang.
Komentar
Posting Komentar