Memilih Cinta


Seringkali membuat pilihan, kedengarannya mudah. Artinya yang mau dipilih sudah ada. Baik itu orang, benda maupun sikap. Tinggal memilihnya saja. Di sekolah memang tidak ada mata pelajaran memilih. Dari kecil kita juga mungkin tidak pernah diajari untuk memilih. Sejak kecil juga kita terbiasa untuk mengikuti yang dipilihkan orang tua untuk kita saja. Maka setelah dewasa, dalam banyak hal kita cenderung gamang dalam membuat keputusan. Keraguan selalu saja membayangi setiap pilihan yang ada.

Seperti halnya saat kita melalui sebuah toko es krim, awalnya kamu ingin membeli es krim rasa vanilla. Tetapi temanmu mau kamu memilih rasa strawberry. Akhirnya kamu ikut saran temanmu membeli es krim rasa strawberry. Setelah kamu selesai makan, dalam pikiranmu masih terpikirkan es krim rasa vanilla. Hingga setiap kali kamu melewati toko tersebut, kamu akan memikirkan es krim rasa vanilla yang belum sempat kamu cicipi rasanya. Bahkan bila kamu belum pernah merasakan bagaimana rasa yang sesungguhnya. Apakah ia enak atau tidak, kamu juga sebenarnya belum pernah mengetahuinya. Tetapi kamu akan terus memikirkannya. kenapa kemarin tidak memilih rasa itu saja? Lalu juga saat ini kenapa masih hanya memikirkannya dan tidak membeli untuk mencobanya?

Hidup ini begitu singkatnya. Jangan hanya khawatir akan hal yang belum pernah terjadi, khawatir akan hasil, sehingga kita hanya sering terus berpikir maju mundur saja. Kalau begini saya bagaimana? Kalau begitu saya akan bagaimana pula? Lantas, bila sudah tahu kita pasti akan mati, apakah kita tidak ingin hidup lagi? Bila tahu nasi yang kita makan akhirnya akan menjadi kotoran yang dikeluarkan, apakah kita masih saja tetap mau makan? Yuk! Sesekali kita cerita tentang  cinta. Jika dari awal kamu sudah tahu ada kemungkinan kamu tidak akan memiliki akhir yang bahagia dengan orang yang kamu cintai, apakah kamu masih tetap mau mencintai? Sebenarnya apa yang kita takuti dalam hal percintaan? Bukan kenyataan tidak ada hasil akhir yang bahagia, tetapi sesungguhnya adalah penyesalan. Bila karena ketidakpastian masa depan, kamu sudah terlalu khawatir, banyak berpikir dan tak bisa memilih bagaimana bersikap maka daripada kamu harus begitu lelah maka sudahilah, Selamanya tak perlu lagi memiliki pengalaman mencintai saja. Sebab sebenarnya kehidupan kita sendiri saja tidak ada kepastiannya. Apa yang akan terjadi menit berikutnya tidak akan ada yang tahu. Apa yang akan terjadi satu jam lagi kita juga tak ada yang tahu. Lalu mengapa kita harus terus mengkhawatirkan hal yang belum pasti dan belum terjadi? Lagian semua hal itu mungkin saja terjadi, mengapa Anda tidak mencoba berpikir dengan mindset positif?  Masih ingat tentang hukum alam "The Law of Attraction"? Semakin kamu berpikir hal yang negatif dan tidak baik, hal negatif dan tidak baik semakin akan terjadi. Kalau kamu terbiasa berpikir hal yang baik, maka jika harus terjadi hal burukpun tak akan sampai seburuk itu. 

Lantas akhir cinta yang sempurna itu seperti apa? Banyak orang yang berpikir itu adalah pernikahan yang sempurna, hidup setia bersama hingga menua. Tetapi coba dipikirkan kembali, semua itu hanya berhenti pada masa kehidupan kita yang dibedakan dengan durasi waktu panjang atau pendeknya saja. Ada orang yang akan mendampingimu hingga berusia 25 tahun. Ada orang yang menemanimu sepanjang usia 25 hingga 30 tahun, hingga usia 31 tahun Anda berpikir, saatnya untuk berkeluarga. Mungkin Anda menemukan orang yang akan mendampingimu hingga usia 80 tahun itu. Tetapi pakem kebahagiaan tidak diukur dari itu. Mungkin pandangan setiap orang berbeda, tetapi menurutku cinta yang sempurna bukan harus pasti berakhir seperti itu, tetapi adalah pada saat dimana aku menemani dan mendampingi hidupmu, selama masa aku mencintaimu sepenuh hati. Hidup itu baru memiliki cahayanya. Sebelum ia redup dan hilang, hanya ketika saya bisa memberikan terangnya menyinari bagian hidupmu sudah merupakan cinta terbaik yang aku berikan untukmu. Sehingga saya menyadari saya tidak akan lagi mempedulikan masa depan. bagaimana akhir cerita cintanya. Yang saya pedulikan adalah di setiap waktu saat bersamamu, adalah waktu yang paling bersinar cemerlang tak terlupakan. 

Dapat menghargai baru layak untuk memiliki. Seseorang memiliki dirimu sepenuhnya dalam hatinya, bukan selalu karena usia dan parasmu, tetapi karena kamu mampu memberikan sebuah perasaan khusus yang tak ia dia dapatkan dari orang lain. Betapa indahnya kata-kata juga tak dapat dibandingkan dengan perasaan yang merasuk ke dalam hati. Berapa banyak janji juga tak dapat dibandingkan dengan orang yang tulus mencintaimu sepenuh hati. Menyukai parasmu adalah sementara, menyukai karaktermu barulah yang abadi. Gemuk atau kurus, Cantik atau jelek, Intinya adalah siapa yang mengaguminya. Orang yang menghargainyalah yang layak untuk memilikinya. Mungkin terkadang harga dirimu membisikkan," lepaskanlah", tetapi persepsi membalasnya," sungguh tidak rela". Logika mengatakan kepadamu, "Tiada artinya", tetapi hati justru mengatakan kepadamu, "Cobalah untuk berusaha lagi". Cinta sebenarnya sangat membutuhkan keberanian. Yang ditakuti adalah kehilangan, tetapi dengarkan kata hatimu. Alasan apapun janganlah pernah meninggalkan atau menjauh dari orang yang mencintaimu dengan tulus. Hargai segala yang ada. Sebab bila terlewatkan maka tak mungkin menemukannya kembali. 

Komentar