Kehidupan Bagaikan Ular Tangga

Hari ini saya ingin berbagi cerita tentang kehidupan bagaikan ular tangga. Sebuah cerita pembelajaran yang saya dapatkan saat bermain permainan ular tangga bersama kedua buah hatiku. Di awal permainan, saya adalah pemain pertama yang terpilih berdasarkan angka besaran dadu terbesar. Akang beruntunu optimis sebagai starter, pasti akan lebih beruntung memiliki kesempatan mendahului pemain lainnya. Memang benar, di awal permainan, dadu saya bernilai enam. Yang artinya saya akan mendapatkan kesempatan berjalan 2 kali. "Haha... ",pekikku riang di dalam hati. Berlanjut giliran pada anak-anakku. Mereka juga melangkah berdasarkan besaran angka dadu yang didapatkan. Tetapi dalam beberapa kali permaian, saya sudah mulai tersusul dari belakang. Besaran dadu yang muncul pada saya sekarang selalu bernilai kecil. Saya hanya bisa melangkah satu dua langkah ke depan kecil-kecil karena angka daduku yang muncul kalau tidak satu , dua, ya tiga. Tak berdaya melihat mereka yang terus melangkah maju, menyusul bahkan melewatiku. Pernah sih sesekali saya mendapatkan keberuntungan kecil untuk menyusul dan melangkah ke depan, bahkan berhenti tepat di kolom mereka sehingga mereka harus mengulang langkahnya dari awal lagi. Gelak tawa mewarnai setiap langkah. Ada tawa karena merasa bangga berada di depan sebagai unggulan. Ada tawa yang menertawakan mereka yang tersisih. 
Tak berselang lama, dadu si adik menunjukkan angka tiga. Oops, dia menemukan sebuah tangga dan naik hingga mendekati kami kembali. Selanjutnya kedua anakku terus maju dengan keberuntungan kemunculan angka dadu yang besar sehingga langkah mereka tegap besar di atas papan dan sudah hampir mencapai puncak. Sementara kemunculan besaran angka dadu saya masih selalu angka kecil. Apesnya lagi adalah, sudah berjalan begitu pelan seperti kura-kura yang sedang berada dipertengahan mengejar langkah kelinci yang sudah hampir mencapai garis finish, satu... dua.. tiga... Aduh! Saya tiba pas di ekor ular dan harus turun hingga ke bawah. Membayangkan begitu jauhnya jarak dan keterpurukan yang tidak sesuai dengan harapan, aku mulai bergumam, "Akh! Ini tidak menyenangkan. Masa sih aku harus turun sampai sedasar ini lagi". Anakku yang kecil menjawab," Ya, memang seperti itulah kehidupan namanya, Mami. Kadang di atas, kadang turun ke bawah". Muncul keenggananku untuk melanjutkan perjalanan lagi karena sudah pesimis. Namun, tetap saja aku mengocok dadu demi agar anak-anak dapat bermain tuntas dengan bahagia. Tiba-tiba, Plok! Angka Tiga. Aku melangkah 3 kali dan menemukan satu tangga paling tinggi dari segala tangga yang ada di atas papan ular tangga. AHA! kali ini semangat adrenalinku muncul kembali. Aku langsung naik ke atas dan kini posisiku beberapa langkah lagi sudah mendekati mereka. Posisi adik sisa dua langkah lagi mencapai finish, sementara posisi kakak masih beberapa puluh langkah lagi, menyusul diriku diposisi ketiga. Tapi hatiku sudah senang sebab aku tak perlu susah-susah melangkah satu-satu ke atas berkat tangga ini. Terucap dari mulutku," Oh... Ternyata saya turun ke bawah tadi adalah demi untuk naik melalui tangga ini". Saat itu dadu si kakak membawanya pada ekor ular yang membuatnya harus turun lagi ke bawah. Tetapi ia menuruninya dengan tertawa. Adik sudah menang mencapai garis finish. Tidak berapa lama, langkahku juga mulus menapak dan mencapai garis finish. Otomatis kakak menjadi pemenang ketiga dari tiga orang pemain dalam permainan ini. Selesai bermain, saya berkata,"Tidak disangka ya.  Bila dilihat dari posisiku yang masih jauh di bawah tadi, ternyata aku masih bisa menjadi pemenang keduanya." Anakku kembali mengatakan,"Ya, memang seperti itu Mamiku, hidup itu juga begitu. Kadang kita bisa di atas, kadang bisa di bawah. Siapa yang bisa menyangka".

Benar sekali! Terima kasih atas pelajaran hari ini. Dalam hidup ini, seringkali kita telah memiliki impian dan harapan, telah mempersiapkan langkah dan rencana. Namun, terkadang takdir dan rencana Tuhan itu seperti besaran angka dadu yang akan membawa kita pada tempat yang terkadang berbeda dari dugaan dan harapan kita. Lalu, apakah kita harus kecewa? Menurut saya"TIDAK". Yang penting adalah kita mau terus melangkah. Siapa yang akan tahu kalau ternyata itu akan menjadi jalan terbaik bagi kita untuk menemukan tangga untuk mencapai puncak tujuan kita? Siapa yang tahu kalau itu mungkin jalan terbaik untuk kita walaupun tidak melalui jalan biasa yang kita bayangkan. Bisa jadi , kita mungkin tidak akan pernah mencapai puncak dan menjadi pemenang pertama. Tetapi, selama kita masih terus melangkah dan tidak pernah berhenti melangkah, kita tetap akan memenangkan hidup kita sendiri. Jangan pernah membandingkan hdup kita dengan hidup orang lain. Setiap kehidupan punya langkah dan iramanya sendiri. Yang terpenting adalah menemukan makna dan pembelajaran dari setiap langkah hidup kita. Menaklukkan diri dan kehidupan sendiri lebih baik daripada menaklukkan orang lain. Kehidupan yang kamu jalani mungkin berbeda dengan skenariomu, tetaplah berjalan dengan semangat dan terus melangkah bersama misteri alam yang mungkin akan membawamu pada kehidupan yang lebih indah daripada yang pernah kamu bayangkan. Yang terpenting adalah setiap nafas dalam kehidupan harus disyukuri. Hiduplah penuh syukur dengan memancarkan indahnya terang nurani. Niscaya kehidupan ini tidak akan mengingkari keberadaanmu yang bersinar cemerlang ini. Melangkah dengan teguh dan tenang mengarungi dunia. Berjalan dengan mantap di jalan kehidupan bersama arus alam. Never give up! Be the winner of our Life!.

Komentar