Cairan Multiguna Eco Enzym



Eco Enzym merupakan cair
an alami multiguna yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia yang dihasilkan dengan proses fermentasi, dimana selama proses fermentasinya sendiri menghasilkan gas O3 atau gas Ozon yang baik sekali manfaatnya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di atmosfire bumi. Saya sendiri mengenal Eco Enzym pada bulan November 2019 di Sekolah Maitreyawira. Saat itu kami mendatangkan Bapak HM Surya Yusuf, S.E, MS. yang dikenal dengan nama Pak Bathara. Beliau adalah ketua umum Yayasan Budaya Hijau Indonesia. Melalui beliaulah saya mulai mengenal dan memahami tentang Eco Enzym yang dilanjutkan dengan praktik pembuatan Eco Enzym bersama. Saat pembuatan Eco Enzym yang pertama saya sudah mulai jatuh cinta dengan sampah organik yang bagi saya sendiri adalah pahlawan abad 21 ini. Sebab tanpa pengolahan sampah organik tidak mungkin dihasilkan cairan multiguna Eco Enzym ini. Jadi yang berjasa besar sebenarnya adalah sampah organik.Yang perlu diberi penghargaan sebenarnya adalah sampah organik yang ada di dapur kita yang tanpa pengetahunan tentang Eco Enzym ini mungkin sudah berakhir di tempat pembuangan sampah (TPA). 

Ohya, tahukah Anda bahwa setiap harinya ternyata ada 3.5 juta ton sampah di dunia ini, di mana 70%nya adalah sampah organik. Sampah organik di TPA menimbulkan bau yang tidak sedap di lingkungan, mengurangi  tingkat daur ulang plastik, serta memberi  resiko terjadinya ledakan TPA. Pembusukan  sampah organik juga menghasilkan gas metana yang memberikan sumbangsih emisi gas rumah kaca 21 kali lipat lebih tinggi dibandingkan karbondioksida.



                        Dr. Rosukon Poompanvong                            Dr. (H) Joean Oen

Kabar baiknya adalah Dr. Rosukon Poompanvong, pendiri Asosiasi  Pertanian Organik Thailand,  yang melakukan penelitian  sejak tahun 1980-an menemukan cara mengelola sampah organik menjadi cairan multi guna Eco Enzym yang kemudian diperkenalkan secara lebih luas oleh  Dr. Joean Oon, seorang peneliti  Naturopathy dari Penang, Malaysia sejak tahun 2006.  Dengan semangat kasih menyelamatkan bumi, Dr. Joean telah berkeliling ke banyak negara untuk mengajarkan lebih banyak orang membuat dan memanfaatkan Eco Enzym dalam kehidupannya sehari-hari. 

Buku Eco Enzym Menyelamatkan Bumi 环保酵素拯救地球 merupakan kompilasi dari semua seminar Dr.Joean yang dirangkum dan ditulis kembali oleh Sdr. TanYi Yong dari China. Di awal buku tersebut tertera kalimat yang dicetuskan Dr.Joean yang sangat menginspirasi saya, sebagai berikut :
 因为爱 我们在! 行动起来, 用环保酵素绿化地球, 温暖人心 yang bila diterjemahkan adalah :
Karena cinta, kita ada! Mari bergerak, gunakan Eco Enzym untuk melestarikan bumi, menghangatkan hati umat manusia. 

Latar belakang dikembangkannya Eco Enzym didasari dari kesadaran yang ditimbulkan oleh berbagai kejadian bencana yang terus terjadi silih berganti seperti banjir, hurricane, gempa bumi, dll yang memakan banyak korban. Bencana yang terjadi adalah gejala bahwa bumi kita sedang sakit. Hal ini sama dengan tubuh manusia. Jika tubuh kita sakit maka ia akan menunjukkan gejala gejala tertentu. Demikian halnya dengan bumi, salah satu gejala sakitnya bumi yang sedang kita rasakan adalah adanya pemanasan global. Kenaikan suhu ini sudah dibuktikan secara ilmiah oleh pada ahli dan disebutkan kita hanya memiliki waktu 12-22 tahun karena bencana akan semakin parah dan semakin sering terjadi. Namun, jika kita berbuat sesuatu, maka kita akan bisa mencegah kehancuran tersebut.

Kegiatan berbagi yang dilakukan  Dr.Joean diawali dari adanya peningkatan kesadaran setelah kejadian Tsunami di Asia Selatan yang meluluhlantakkan beberapa negara termasuk Indonesia (Aceh). Pada saat itu, Dr Joean menjadi relawan di Sri Lanka setelah gagal ikut rombongan relawan yang berangkat ke Indonesia karena kuota sudah penuh. Ada satu foto yang membuat Dr Joean menjadi benar benar tersadarkan tentang kehidupan pada saat itu, yaitu foto bayi yang meninggal. Kesadarannya diperkuat oleh sebuah puisi yang ditulis oleh seorang Antropolog dan filsuf ( Father of Anthroposophy) dari Jerman bernama Rudolf Steiner.
Saya sendiri sejak mengenal Eco Enzym mulai berpikir untuk mensosialisasikan kepada teman-teman di Medan. Saat itu saya berpikir perlu untuk membangun sebuah komunitas sebagai wadah rumah yang dapat menampung semua orang yang punya hati untuk bumi, yang mau bertanggungjawab mengolah sampah di dapurnya masing-masing demi bumi. Maka pada bulan Januari 2020 saya mulai membentuk WAG dengan nama Caring BEAR (Caring Bio Enzym Amazing Rangers) dan mengajak beberapa teman saya bergabung sebagai founder untuk mulai mensosialisasikan EE di bawah bimbingan Bpk Bathara dan Bpk Jimmy Tanaka yang pada saat itu turut membimbing kami secara langsung. Kami mulai dengan memberi sosialisasi ke beberapa tempat dan melakukan pelatihan bersama. Setelah komunitas mulai besar, kami dipertemukan dengan Bapak Joni Oei dari Batam sebagai mentor , Bapak Joko dan Bapak Ellen dari Bali yang saat itu juga banyak memolopori WAG hingga ke seluruh daerah Indonesia dan mereka pada saat itu sedang mempersiapkan rencana mempersatukan komunitas Eco Enzym dalam satu komunitas nasional. Akhirnya kami memutuskan untuk bergabung bersama secara nasional dalam satu nama komunitas yaitu "Eco Enzym Nusantara", dengan demikian maka nama Caring BEAR tidak lagi digunakan untuk komunitas Eco Enzym Medan. Kita seutuhnya bersatu dalam team nasional Eco Enzym Nusantara yang bergerak secara nasional. 

Bersyukur team Eco Enzym Nusantara Medan memiliki kader handal seperti Ibu Sri Endang, Ibu Deny, dan Bapak In Loong serta teman-teman yang tidak dapat saya  sebutkan namanya satu persatu yang sangat bersemangat mengasihi bumi dengan terus memberikan dedikasinya pada pembuatan dan sosialisasi Eco Enzym.  Adapun beberapa sosialisasi yang pernah kami lakukan untuk daerah sebelumnya adalah sebagai berikut :






Cara Membuat Eco Enzym

Dr Rosukan sudah menciptakan sebuah teori khusus untuk pembuatan Eco-Enzym (EE). Saat ini banyak formula EE, namun formula dari Dr Rosukan sudah terbukti tidak menimbulkan efek samping. Temuan beliau ini dipersembahkan untuk kebaikan seluruh umat manusia. Formula yang diciptakan tersebut sangat bermanfaat untuk sektor pertanian. Gas yang dihasilkan dari proses fermentasi dapat melepaskan ozone. Ozone yang keluar ke udara akan bercampur dengan gas lain di udara dan dapat menetralkan suhu ruangan. Sementara itu, jika enzyme dituangkan di laut atau sungai maka akan membantu mengurangi masalah yang ada. Proses kimia yang terjadi adalah:

CH3COOH + O1 + O2 = O3 + H2O

Persiapan dan cara pembuatan

Cara pembuatan Eco Enzym sangat mudah. Ingat saja rasio 1:3:10 , dimana 1 bagiannya adalah gula, 3 bagiannya adalah sampah organik , dan 10 bagiannya adalah air. 

1.      Gula yang digunakan.

Gula merupakan makanan untuk micro-organisme. Gunakan gula merah, molase cair, molase kering, gula lontar, gula aren, gula kelapa (sesuai jenis gula yang mudah didapatkan di daerah Anda). Jangan menggunakan gula yang sudah mengalami proses kimia seperti gula putih atau gula merah yang dibuat melalui proses fermentasi. Gula batu dan gula halus untuk membuat kue juga tidak disarankan.

2.      Sampah organik dari dapur.

·         Hanya sampah organik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan buah -buahan yang belum melalui pemrosesan, seperti akar sayur, batang sayur yang tidak dipakai, kulit buah yang tidak kita makan merupakan sampah yang masih mengandung banyak nutrisi sehingga baik jika kita gunakan untuk pembuatan Eco Enzym. Nutrisi dalam cairan Eco Enzym yang kita buat akan sangat tergantung dari bahan yang kita gunakan. Semakin beragam jenis bahan organik yang digunakan akan semakin baik kualitas nutrisinya.

·         Pembuatan Eco Enzym ini bersifat murni dan tidak boleh mengandung campuran bahan kimia termasuk yang berasal dari garam atau minyak.

·         Padi dan beras tidak disarankan karena akan menimbulkan bau busuk dan juga sebaiknya beras dimasak untuk dimakan.

·         Jangan menggunakan kulit buah yang sudah rusak atau membusuk. Misalnya kulit manggis yang sudah rusak dan berair dan sudah hancur. Karena bahan ini yang akan menyebabkan munculnya ulat pada saat proses pembuatan EE.

·         Jika kita menggunakan kulit buah yang fresh maka hasilnya akan menjadi wangi.

·         Jenis bahan sebaiknya bervariasi, jangan menggunakan satujenis saja. Gunakan jenis bahan yang bervariasi karena akan memberikan kelebihan pada variasi nutrisi. 

Air yang digunakan

Sumber air yang digunakan adalah air sumur, air hujan, air buangan ac, air isi ulang, air mineral. Hindari menggunakan air yang mengandung kimia (kaporit). Bila harus menggunakan air PAM maka perlu diendapkan terlebih dahulu selama 3 hari atau dipelihara dengan Eco Enzym (caranya dengan menampung air PAM sesuai kebutuhan  untuk fermentasi Eco Enzym dan masukkan Eco Enzym murni dengan rasio 1:300. Pelihara air selama minimal 4-5 jam dalam lingkungan yang terhindar dari sinar matahari langsung. Setelah itu air PAM tadi bisa dipakai untuk membuat Eco Enzym.

Wadah yang bisa digunakan adalah wadah plastik bekas.

  • Bahan dari logam tidak disarankan karena dapat mengakibatkan korosi. Bahan dari kaca juga tidak disarankan karena ada kemungkinan resiko pecah ketika terjadi proses fermentasi yang menghasilkan banyak gas. Sehingga disarankan menggunakan bahan plastik yang elastis, sehingga plastik dapat mengembang saat ada tekanan gas saat fermentasi.
  • Botol atau wadah dengan tutup kecil tidak disarankan karena rentan meledak akibat tekanan gas saat fermentasi.

Catatan proses pencampuran bahan:

  • Sampah organik yang akan digunakan tidak disarankan untuk diawetkan ke dalam lemari es karena dapat mengubah kualitas dari Eco Enzym.
  • Kita dapat memasukkan sampah yang tersedia setiap hari sedikit demi sedikit dengan sistem mencicil (sebaiknya pencicilan  dilakukan semasa 14 hari pertama)
  • Tanggal pembuatan yang dicatat adalah tanggal terakhir kita memasukkan sampah, yaitu ketika bahan sampah organik kita sudah memenuhi jumlah yang dibutuhkan. Kemudian kita aduk agar tercampur rata dan menutup wadah dengan rapat. Letakkan di tempat teduh. Setiap hari dalam 14 hari pertama disarankan untuk membuka sedikit tutupnya untuk mengeluarkan gas. Pada saat membuka wadah, jika masih ada bahan yang tidak tenggelam maka dapat kita aduk dan tekan ke bawah hingga bahan tenggelam ke dalam air atau setara dengan air. Tetapi, bila tutup wadah besar dan rapat sehingga tekanan gas tidak mengganggu dan bahan sudah tercampur rata di dalam air atau minimal setara dengan air, maka tidak perlu dibuka tutup seperti itu. Proses fermentasi Eco Enzym bersifat anerob sehingga disarankan untuk tidak membuka tutup wadah selama masa fermentasi saat tidak diperlukan.
  • Proses fermentasi berlangsung selama 3 bulan. Pada bulan pertama, akan dihasilkan alkohol, kemudian pada bulan kedua akan menghasilkan cuka dan pada bulan ketiga baru menghasilkan enzym.
  • Selama proses fermentasi kemungkinan akan muncul lapisan putih seperti jamur (tetapi tidak wajib dan bukan standar keberhasilan Eco Enzym. Jamur di permukaan ini sangat baik untuk Kulit dan dapat digunakan untuk masker namun sangat tergantung pada jenis Kulit. Jika Kulit sensitif gunakan hanya beberapa saat lalu langsung bilas dengan air

        Pada bulan ketiga, ketika Eco Enzym sudah bisa kita panen. Caranya adalah dengan meletakkan selembar kain bersih yang sudah tidak terpakai di atas penyaring santan. Kemudian saringlah cairan Eco Enzym terpisah dari ampasnya. Sisa  berupa ampas Eco Enzym dapat kita gunakan untuk beberapa manfaat seperti:

  • Bahan fermentasi Eco-Enzyme yang baru  (sebagian kecil)
  • Ampas yang diblender halus dan dicampur air kemudian disiram ke dalam kloset akan membersihkan saluran kloset dari lemak.
  • Ampas yang sudah dihaluskan dan dikeringkan bila ditaruh di  tempat di mana tikus suka berada untuk mengusir tikus.
  • Ampas yang sudah dihaluskan dan dikeringkan bila dimasukkan ke dalam kantongan kain kecil akan memberi efek pengharum alami misalnya untuk pengharum mobil.
  • Sebagai pupuk tanaman organik

Ciri-ciri Eco Enzym dengan hasil yang baik adalah:

  • Berwarna kecoklatan tetapi warna ini akan sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya. tergantung dengan bahan yang kita gunakan. Bahkan jika bahan yang digunakan sudah sama namun micro organisme yang berbeda akan menyebabkan warna dan hasil yang berbeda.
  • Beraroma asam segar khas fermentasi  (namun ini juga tergantung pada jenis bahan yang digunakan) 
  • PH di bawah 4.0



        Cara mudah membuat Eco Enzym dapat disimak melalui video berikut ini :


 
Masa pandemi covid 19 tidak menyurutkan langkah kami untuk mensosialisasikan Eco Enzym dengan mempertimbangkan kebutuhan menaati protokol kesehatan sehingga kami memilih melakukan sosialisasi Eco Enzym secara online melalui platform Zoom, Google Meet, YouTube Live maupun Live IG. Jadwal bulanan komunitas Eco Enzym Nusantara  tersusun padat. Untuk jadwal yang pernah saya isi adalah sebagai berikut :




 
 Berikut saya tampilkan video IG LIVE saya tentang Eco Enzym bersama Ibu Mina Wongso, S.Psi. Psi., CHt. dalam video berikut ini :




Demikian sekilas tentang Eco Enzym.  Yang penting untuk digarisbawahi adalah tujuan utama kita membuat Eco Enzym adalah untuk menyelamatkan bumi. Sejuta manfaat yang dirasakan adalah bonus dari Eco Enzyme karena kita telah membantu bumi mengurangi bebannya dengan mengolah sampah kita. Demikianlah alam selalu penuh dengan kebaikan dan menganut hukum yang harmonis, ketika kita mencintai bumi maka bumi juga akan lebih mencintai kita dengan segala kebaikannya melalui cairan multi guna Eco Enzym. Kelak kita akan lanjutkan kembali dengan pembahasan manfaat Eco Enzym.  Terima kasih.




Komentar