PAPA MAMA, PELUKLAH AKU



Selamat! Karena diantara begitu banyak manusia di dunia, Anda dilayakkan Tuhan untuk menyandang status sebagai orangtua yang kedudukannya setingkat di bawah Tuhan setara dengan langit dan bumi. Namun pernahkah kita merenungkan kenapa Anda yang terpilih menjadi orangtua?

Karena Andalah orang-orang kepercayaan Tuhan untuk mendidik dan membesarkan sebuah kehidupan yang telah dirancangNya dengan kasih sayang. Anak-anak dilahirkan melalui kita. Semua mama berjuang dan mempertaruhkan nyawa di ranjang persalinan untuk melahirkan seorang anak yang belum tentu semua orang mampu atau diberi kesempatan untuk itu. Semua papa dalam luapan kebahagiaan yang tak terungkap telah merencanakan yang terbaik untuk kehidupan sang anak jauh sebelum tubuh mungilnya dilahirkan di dunia ini.

Sungguh tidak sederhana, sebab kitalah orang yang dipercayakan mengemban amanah mulia ini. Anak-anak tidak punya cara untuk memilih siapa orangtuanya dan di keluarga apa dia dilahirkan. Karenanya ketika anak-anak kita terlahir dari kita, mereka harus memilih kita dan  otomatis terhubung dengan kita. Mereka dikirim Tuhan kepada kita untuk belajar tentang cara hidup kita, cara kita beraksi dalam berbagai situasi.  Karena anak-anak kita ingin belajar secara naluriah, lantas apakah kita sudah menjadi pribadi yang terbuka dan berwawasan positif yang  siap mengajari mereka cara pandang tentang dunia dan kebenaran hidup?  Kita harus mengajari anak-anak supaya tidak memperlakukan dirinya dan orang lain dengan buruk serta tidak mengacuhkan dunia ini sebagai bekal mereka agar dapat hidup secara utuh lahir dan batin. Sehingga ketika saatnya kita harus melepaskan mereka pergi mengikuti arah mereka sendiri, mereka sudah memiliki pengetahuan hidup yang benar dan tidak akan tersesat dalam perjalanan hidupnya lagi. Namun, apakah sebagai papa dan mama kita sudah menjadi menjalankan peran sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anak kita? Atau kita hanya menyandang gelar status sebagai orangtua saja tapi malah mendelegasikan tugas mulia ini kepada pengasuh dan guru di sekolah?

Kenapa setiap Ibu merasakan kesakitan yang luar biasa saat melahirkan anaknya? Karena melalui rasa sakit yang dirasakan saat melahirkannya, Tuhan ingin kita mengingatkan betapa seorang anak hadir dengan cara yang tidak mudah dan penuh perjuangan dalam keluargamu sehingga sepantasnyalah engkau mencurahkan segenap kasihmu untuk menjaga, merawat dan mendidik buah hati yang telah kau pertaruhkan dengan nyawamu.

Namun, seiring waktu berlalu dan rasa sakit itu mulai terlupakan, kita mulai lupa pada pusaka kita. Kita mulai melalaikan buah hati kita kita demi rutinitas kesibukan kita sehari-hari.  Kita juga semakin sering membentak dan berteriak terhadap makhluk kecil yang menurut kita mulai merepotkan ini. Meskipun saat itu ia mungkin hanya ingin mendapatkan sedikit perhatian dari kita dengan banyak bertanya, merengek atau merecokimu, atau saat apa yang dilakukan mereka belum sesuai dengan cara yang kita mau. Namun, karena kita sedang memusatkan perhatian pada hal lain, kita merasa marah dan terganggu hingga berteriak dan membentak mereka. Anak – anak kecil kita mungkin akan diam, namun dalam hatinya ia menyimpan luka. Dan kita merasa berhasil mengamankannya. Seandainya saja papa mama tahu betapa kita telah melalaikan amanah Tuhan kepada kita.

Kenapa dirimu yang terpilih menjadi orang tua bagi anak-anakmu? Karena mereka butuh pelindung dan teladan dari dirimu dan kamu harus mendidik mereka dengan cinta yang tegas.  Anak-anak kita ingin papa mama hidup harmonis mengajari mereka akan arti cinta yang tak bersyarat. Namun, ketika mereka salah, ajari mereka tentang tanggung jawab dengan berbagai konsekuensi tanpa membuat mereka tertekan dalam prosesnya. Menunjukkan kepada mereka mana yang benar dan mana yang salah. Namun, apakah papa mama telah benar-benar menjadi pelindung dan teladan bagi mereka? Apakah kita telah mengasuh anak-anak kita dengan sepenuh hati? Ataukah kita lebih sering mengecewakan mereka dengan mengesampingkan hak istimewanya demi alasan apapun itu. Sementara kita berpikir nanti saja ku sisakan waktuku bila berlebih untuk mereka.  Sementara mereka terus bertumbuh dan berkembang tanpa bisa menunggu kita menyelesaikan segala urusan dan pekerjaan yang seakan tiada simpul akhirnya. Waktu terus berlalu, Jangan lupa kalau kita hanya diberikan 1 lembar tiket sekali jalan dalam perjalanan kita sebagai orangtua. Diantara detik-detik waktu yang terus berlaju, apakah papa mama telah memberikan prioritas waktu untuk anak dengan menyisihkan waktu berharga kita bagi dirinya yang berharga di hati kita untuk membangun kelekatan dan tali cinta dengan mereka di saat waktu masih menjadi milik kita. Atau apakah kita menempatkan mereka pada urutan ke sekian dari list prioritas hidup kita sementara waktu terus bergulir pergi. Kita lebih memperhatikan gadget dan pekerjaan kita dengan niat lemah menyisakan waktu untuk anak kita setelah itu, namun akhirnya kita hanya akan menemukan kurcaci kecil yang sudah kecapaian menunggu dan terlelap tanpa selimut di lantai dekat tempat kita menyibukkan diri dan mengabaikannya. Hingga akhirnya kita menyadari kita semakin tua dan mereka semakin jauh dari jangkauan kita, maka tidak akan ada lagi tiket pulang untuk kembali mengulang ke masa lalu.

Mari kita refleksi diri! Mungkin saja kita telah menjadi orang yang berhasil dalam masyarakat dan komunitas kita, namun yang paling penting lagi adalah apakah kita berhasil dalam menjalankan tugas yang diamanahkan Tuhan kepada kita? Bagaimana pertanggungjawaban kita kepadaNya dalam menjalankan peran orangtua bagi anak-anak kita? Sudah maksimalkah kita memberikan cinta dan pendampingan untuk anak-anak kita yang membutuhkan  sosok orangtua yang tak tergantikan oleh orang lainnya?

Jauh di lubuk hati dan dalam terawangan mata mereka tersirat ungakapan sendu untuk papa mama : Papa, Mama, bukan mainan mahal yang aku butuhkan, tapi berhentilah sekejap agar aku dapat bermain dan bersenda gurau dalam dekapanmu. Bukan restoran atau Negara terkenal yang ingin aku kunjungi, tapi kebersamaan dengan papa mama yang menemaniku dengan kasih sayang adalah momen yang akan aku ingat sepanjang hidupku. Bukan pakaian mahal yang aku butuhkan, tapi belaian dan pelukan papa mama yang mampu menghangatkan jiwa dan ragaku. Aku hanya ingin memperlihatkan gambar ikanku kepadamu dan berharap dapat menyanyikan lagu burung kakak tua di sisi telingamu. Pada saat-saat tertentu ketika aku salah, janganlah berteriak atau memukulku namun  ingatkanlah aku bahwa : apa yang kamu lakukan tidak benar, tapi kamu anak yang baik dan aku sayang kepadamu. Tataplah aku dengan mata yang penuh cinta dan kelembutan. Perhatianmu laksana obat bagiku. Aku mendambakan itu secara terus menerus. Kapanpun itu. Maka Papa… Mama… jangan abaikan diriku. Mungkin aku membuatmu kesal dengan lagu baruku saat kau berbicara di telepon. Mungkin aku membuatmu terganggu ketika aku minta satu pelukan lagi setiap malam sebelum tidur. Namun, semua ku lakukan karena aku ingin selalu terhubung denganmu. Jadi tolong jangan berteriak kepadaku karena lengkingan suaramu membuatku bersembunyi ke dalam diriku, dimana aku merasa aman dalam kesedihanku, di tempat yang paling dalam hingga kau tak lagi bisa menyentuhku. Sesederhananya kami yang kecil ini hanya meminta hal sederhana yang pastinya mampu papa mama berikan tanpa mengeluarkan uang sepeserpun. Hanya sebuah sentuhanm. Berikanlah aku sebuah pelukan yang erat setiap kali aku membutuhkanmu. Dan dengan suaramu, beritahu aku betapa kau mencintaiku.

Renungan ini juga berlaku bagi diriku sendiri. Mari kita belajar dan bertumbuh bersama.

Komentar